Kebolehan Imam dzikir keras setelah shalat (Kitab Fathul Mu’in)

0
218

سنّ (ذكر ودعاء سرّا عقبها) اى الصلاة

Setelah shalat, sunnah membaca dzikir dan do’a dengan suara pelan

اى يسنّ الاسرار بهما لمنفرد ومأموم وامام لم يرد تعليم الحاضرين ولا تأمينهم لدعائه بسماعه

Maksudnya, sunnah melakukan dengan suara pelan bagi munfarid, makmum dan imam yang tidak bermaksud menuntut hadirin atau memperdengarkan do’anya, agar diamini oleh mereka

وقال الشافعىّ فى الامّ: أختار للإمام والمأموم ان يذكر الله تعالى بعد السلام من الصلاة ويخفيا الذكر الّا ان يكون اماما يريد ان يتعلّم منه، فيجهر حتّى يرى انّه قد تعلّم منه، ثمّ يسرّ فانّ الله تعالى يقول: ولاتجهر بصلاتك ولاتخافت بها، يعنى والله اعلم الدعاء، ولاتجهر حتّى  تسمع غيرك، ولاتخافت حتّى لاتسمع نفسك.

Imam Syafi’I dalam Kitab Al-Umm berkata: kami memilih, bagi imam dan makmum, agar berdzikir setelah salam dari shalatnya, dzikir tersebut dilakukan dengan suara tidak keras, kecuali bagi imam yang bermaksud mengajar jamaahnya, karena itu, ia agar mengeraskan suaranya, setelah mengetahui, bahwa makmumnya telah mengikuti, lalu ia kembali pelan-pelan. Sebab Allah SAW. Berfirman: “Janganlah engkau bersuara keras dalam berdo’a dan jangan pula dengan terlalu pelan.” Maksudnya: Allah SAW. Maha Mengetahui do’a, jangan engkau ucapkan dengan keras sampai terdengar oleh orang lain, dan jangan terlalu pelan sampai engkau sendiri tidak mendengarnya.

LEAVE A REPLY